Aku memiliki adik kecil bernama Arthur, namun aku
sangat membencinya! Dia sangat manja dan orang tuaku lebih menyayanginya
daripada aku.
Siang itu aku mendorongnya ke
dalam kolam. Ia membuat suara “Blurp blurp” yang lucu. Namun ayah dan
ibuku yang melihatnya langsung panik. Mereka langsung mengangkatnya dari
air dan segera memanggil dokter. Ibu sangat lega ketika dokter
mengatakan adikku tidak apa2. Ayahku kemudian bertanya pada Arthur
mengapa ia bisa terjatuh ke kolam. Aku sempat khawatir, takut jika
Arthur mengadukanku. Ternyata benar. Arthur mengatakan akulah yang
mendorongnya. Aku sangat takut, namun ayahku ternyata membelaku. Ia
terlihat sangat marah dan mengatakan padanya untuk berhenti mengatakan
hal seperti itu. Akupun lega, namun itu membuatku makin membenci Arthur.
Dasar tulang adu!
Malam itu ia meminta kue
dengan selai sebelum tidur kepada ibu. Biasanya ibu takkan
memberikannya, namun kali ini Arthur mendapatkan apa yang ia inginkan.
Mungkin karena ibu kasihan dengannya atas apa yang terjadi siang ini.
Aku lalu meminta kue yang sama kepada ibu, namun ia hanya berpura2 tidak
mendengarku. Apa ibu curiga kalau benar aku yang mendorong Arthur ke
kolam.
Dulu kedua orang tuaku tak pernah
membedakan kami. Jika Arthur mendapat mainan baru, aku juga. Jika Arthur
mendapat makanan, aku juga. Namun segalanya berubah sejak sebulan ini.
Tiba2 saja mereka mencurahkan segala kasih sayangnya kepada Arthur. Dia
menjadi besar kepala gara2 itu. Ia minta ini itu dan orang tuaku selalu
memenuhinya. Sedangkan kepadaku sebaliknya. Mereka benar2 acuh tak acuh
kepadaku.
Aku kerap bertanya2, mengapa ini
terjadi? Apa karena aku sudah besar sehingga mereka tak menganggapku
lucu lagi? Aku pernah menanyakan hal itu pada Arthur, namun ia malah
mengatakan hal2 yang kejam. Aku main membencinya! Apalagi ia selalu
menolak bermain denganku.
Namun perlakuan mereka
pagi ini benar2 sudah keterlaluan. Mereka hendak berlibur ke pantai dan
mereka hanya mengajak Arthur. Mereka tak mengajakku.
Aku benar2 membenci mereka sekarang! Dan aku lebih membenci Arthur.
Karena
itu, aku menunggu malam tiba. Ketika orang tuaku sibuk menonton
televisi di bawah, diam2 aku merangkak ke kamar Arthur yang sedang
tertidur. Aku akan mengendap-endap di samping tempat tidurnya dan
menekankan bantal ke wajahnya.
Ya, hingga ia tak bernapas lagi.
Sekarang mereka takkan bisa mengajak Arthur ke pantai.
Setelah semuanya usai, aku akan kembali merangkak ke bawah, ke kotak sempit mengerikan yang mereka buat untukku.
sumber; http://mengakubackpacker.blogspot.co.id/2013/09/urban-legend-09-little-brother.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar